Marilah kita mulai dengan membahas internal linking di WordPress setelah sekian lamanya absen.
Internal linking ini merupakan salah satu bagian penting dari postingan-postingan yang kita share di blog. Bisa juga menjadi bagian navigasi untuk para pembaca.
Sering kan yang baca blog kita tuh pengen tahu tulisan-tulisan lain terkait dengan postingan yang kita baru saja publish, bantu saja dengan internal link ke blog kita sendiri.
By default orang kan males ya kalau harus cari-cari sendiri.
Internal Linking di Postingan WordPress
Memahami Internal Linking, Kembali ke Postingan yang Sama? Gak Ada yang Ngelarang Sih…
…Tapi genggeus abwesh!
Banyak pemahaman yang beredar kalo internal linking itu berarti ngasih link ke postingan blog itu sendiri. Sebuah cara mencari traffic yang rada absurd.
Dari sejak jamannya metode ini masih dianjurkan sama para ahli, gue suka ngangkat alis kalo nemu postingan dengan link ke postingan itu sendiri. Yha BUAT APA?!!
Gini deh, kalo gue sebagai blogger punya alasan-alasan kuat buat ngeblog, orang lain berarti juga punya alasan buat buka dan baca postingan kita kan?
Kalau saja misalkan ada orang atau lo deh datang ke blog ini untuk mencari info tentang internal linking. Buka postingan ini terus ada link dengan anchor text “Cara Menaikkan Traffic Blog WordPress”. Pas lo klik ngebuka lagi postingan ini. Kesel gak? (Tentu saja gue gak akan kasih linknya yang bikin kesel itu).
Kalo gue sih tentu saja bakalan kesel. Waktu terbuang percuma hanya untuk membuka ulang halaman ini.
Kalo sampe ada yang melakukan itu, biasanya gue gak buka lagi blognya. Tinggalin komen sekali (karena ninggalin komen itu penting, kan ogah rugi) pas udah ngebuka dan baca blognya tapi habis itu gue gak akan dateng lagi ke blog itu.
Percaya ato nggak, gue pernah nemu satu postingan dengan tiga link di dalamnya. Dan semua linknya mengacu ke blog itu sendiri. Ah-elah!
Internal Linking Harus Nofollow atau Dofollow?
Satu lagi mungkin pertanyaan yang banyak beredar tentang internal linking. Harus dofollow atau nofollow? Suka pada ajaib kan nih blogger ya (karena pada belom tahu mungkin).
“Link ke postingan lain di dalam blog kita harus link hidup atau link mati aja sebaiknya?”
Trus gue pun menari hula-hula.
Yamenurut ngana?
“Kalo postingan berbayar kan harus link hidup/dofollow ya, jadi kalo internal linking harus nofollow kan?”
Yassalam!
Gini deh, udah tahu bedanya tentang link dofollow dan nofollow kah? Gue sarankan pelajari baik-baik dulu itu sebelum buka kerjasama buat postingan berbayar di blog deh.
link nofollow di WordPress
Satu lagi fungsi internal linking selain untuk kasih referensi ke para pembaca tentang artikel lain yang berkaitan, anchor text dan linknya juga sebagai sinyal ke bot mesin pencari buat mengindeks halaman tujuannya. Jadi tautan-tautan yang disebut di postingan akan memberikan informasi mana saja tulisan lain di blog yang punya relevansi dengan postingan tempat link berada.
Misal ada postingan rame banget tentang menang undian seratus milyar. Di dalam postingan itu ada link tentang investasi saham sebagai alternatif bagaimana duit digunakan, Google akan mengindeks halaman tujuannya dengan kata kunci investasi saham. Begitu kira-kira.
Nah biar bisa diindeks sama botnya mesin pencari gimana? Ya linknya harus hidup. Harus dofollow mamen!
Kalo internal linking yang dipasang bersifat nofollow, gak akan banyak membantu. Giliran bot mesin pencari nemu link itu bakalan langsung dicuekin.
Kalo gue pribadi, justru Link buat postingan berbayar akan gue bikin nofollow. Kalo pun diminta dofollow akan gue jadikan itu sebagai senjata tawar-menawar. Dofollow berbayar cuma dalam sekian periode tertentu.
Jelas dong yes?
Perbanyak Isi Blog dalam Satu Tema
Perbanyak isi blog untuk modal internal linking
Internal Linking ini bakalan bisa banyak berguna kalo kalian sudah punya banyak tulisan. Yaiyalah.
Yakali tulisan cuman satu internal linking di postingan berikutnya bisa sampe sepuluh lebih. Eh yagapapa sih. Cuman nanti yang ngebuka bakalan kezel.
Harus dalam satu tema? Ya nggak harus juga. Balik ke niche blognya aja sih. Cuman menurut gue bakalan lebih gampang dan lebih enak kalo punya sebuah niche-specific-blog. Gak bingung cari referensi.
Kalo misalkan nih tema blognya lifestyle. Mbahas ya gado-gado. Trus tiba-tiba ngomongin tentang Tips SEO untuk ngeblog sementara di blognya sendiri belum ada postingan lain sejenis. Pas sampe ke bagian internal linking, karena gak ada postingan di blog sendiri jadinya ngelink ke tulisan ini deh. Karena kalau ditulis sendiri bakalan kepanjangan kan postingannya.
Kalau fokus pembahasan blognya dalam satu niche, jadi enak kan kalau mau bikin internal linking. Semua ada catatan pembahasan secara detail.
Jadi semakin banyak hal yang bisa dibahas, semakin banyak postingan yang bisa dipublikasikan. Dengan banyaknya postingan dalam blog maka kita bisa membangun internal linking dengan bagus.
Metode Internal Linking dan Penggunaan Anchor Text
Cara membuat internal Link yang baik dalam tulisan bagaimana sih? Gimana kita menempatkan linknya di dalam postingan itu beraneka ragam.
Kalau ada yang merhatiin, di tulisan ini gue dah sebar beberapa internal linking dan juga link keluar. Nah gue selalu usahakan anchor text yang gue pake memang bersesuaian dengan keyword yang gue pake di postingan yang direferensikan.
Kesulitan menggunakan metode nyelipin link di body tulisan adalah menemukan narasi yang pas biar gak aneh. Rangkaian cerita yang ujug-ujug bisa kasih link. Gak selalu bisa dilakukan memang.
Kalo misalkan memang ga bisa nemu cara yang pas, ada cara lain koo untuk memasukkan link ke postingan lain dalam Blog. Biasanya pakai pengantar:
Baca juga postingan/tulisan (“masukkan judul tulisan di sini “).
Metode ini biasanya gue pake kalo nyambungin apa yang gue omongin dengan keyword yang gue pake di postingan lain. Tapi sesusah-susahnya pasti tetep gue akan cari postingan yang masih ada hubungan dan mendukung apa yang gue bicarakan di postingan itu.
Baca juga tulisan tentang 6 poin untuk menulis konten yang menarik.
Yakalo gak nyambung sama sekali kan aneh ya. Masa lagi ngomongin soal internal linking tiba-tiba aja ada tulisan dibawah nyuruh baca juga postingan tentang review restoran hits. Hahaha.
Selain itu, bisa juga dipakai related Post yang diletakkan di bagian bawah atau di tengah postingan. Kalau dulu pas gue masih ngeblog di WordPress.com sering banget metode ini gue pake. Di platform itu ada built-in shortcode yang otomatis menampilkan postingan-postingan terkait dalam bentuk daftar (10 judul postingan).
Metode ini cukup sederhana, tapi sayangnya hanya bisa dipakai di WordPress.com (setahu gue karena emang gak pernah nyari plug-innya). Dan ya, kelemahan terbesarnya cuma di metode ini terlihat bukan hasil pemikiran kita.
Siapa yang tahu kan bagaimana algoritma WordPress memilih postingan yang relevan. Lebih-lebih langsung ditampilkan dalam daftar berisi sepuluh link. Jadi jangan harap bisa menggugah keingintahuan para pembaca.
Internal linking menggunakan related posts di WordPress.com
Kalau List related post ini diletakkan di akhir, banyak-banyak doa aja biar yang baca postingan bisa sampe akhir. Karena pengalaman gue pas ngecek heatmap postingan dengan plug-in dari Sumo, bagian bawah postingan itu adem masbroh, mbaksis.
Jarang ada yang mau baca sampe selese.
Jumlah Ideal Internal Linking, Berapa Banyak Internal Link Dalam Satu Post?
Trus kemudian ada yang nanya:
“Berapa sih jumlah ideal link internal yang kudunya dipasang? Maksimum berapa?”
Gatahu. Hahahahaha. *trus Dani digaplok
Beneran gak tahu gue mameeeen. Paling gak gue belom riset sendiri. Baru hasil baca-baca dari blog lain dan dikasih tahu sama ahli SEO terpercaya ini:
gak ada batasan sih mas.
Saya sih selalu blg utk sesuaikan dengan jumlah kata dalam tulisan. makin banyak jumlah katanya, bisa kasih link lebih banyak.kl nulis 100 kata ya jangan jg kasih 50 link ya… kira2 kayak gitu mas.
— Febriyan Lukito (@feb_ryan24) May 16, 2018
Ajarannya Riyan ini juga sejalan dengan ajaran dari Yoast, penyedia plugin SEO terpercaya.
Jadi selama internal link yang dikasih memang berhubungan dan gak genggeus, mau kasih berapapun gak masalah. Lagian yakin SEMUA postingan di blog itu berhubungan satu sama lain?
Jadi gak usah khawatir dengan jumlah internal linking yang dibikin di suatu postingan. Asalkan internal linking yang diberikan di postingannya relevan. Kan pasti bisa ngukur sendiri ya seberapa penting sampe harus dikasih linknya buat yang baca.
Bukan apa-apa sih kalo kebanyakan, gak akan dihukum google or something like it, tapi ya yang baca aja bakalan bosen isinya postingan kok link semua. Ihik.
Membangun Kebiasaan Internal Linking
Jadi, penting gak internal linking? Penting banget masbroh, mbaksis!
Penting untuk pembaca dan penting untuk membantu mesin pencari lebih mengenal isi blog. Efek lebih jauhnya, pembaca akan lebih betah buat lama-lama di blog karena mendapatkan banyak ilmu yang saling mendukung.
Gue akuin, bikin internal linking itu MELELAHKAN. Tapi WORTH EVERY EFFORT! Click To Tweet
Yhagimana ya, pas kalian ngetik satu tema postingan sambil mikirin kira-kira postingan mana yang sudah ada yang pas buat dijadiin referensi. Habis itu mikirin gimana bisa memasukkan keyword yang pas biar sejalan sama postingan yang diketik.
Berhenti sampe situ? Nggak dong, kalian harus copy dulu linknya kan buat dijadiin linknya. Jadi jangan sampe lupa buat buka blog sendiri pas ketik postingan baru sambil sering-sering manfaatkan kolom pencarian.
Okedeh susah awalnya, tapi kalau setiap kali bikin postingan dan gak kenal lelah bikin internal linking yang oke, lama-lama akan terbangun kok kebiasaannya. Jadi gak perlu mikir lama-lama pas mau bikin internal linking.
Yha kan? Ato ada tambahan dan masukan dari manteman semua?
untari
Njir, tulisan keren gini kok ga ada yg komen. Apa udah pada dihapusin? Habis baca ini kudu benerin ratusan postingan yang dulu bikin internal link di nofollow hiks
Dani
Belom pada diepruv komennya. Wkwkwkwk.
Makasih ya Mbak.